Sulit bagiku untuk ungkapkan hal ini, tapi bagaimanapun kau harus tahu kebenaran ini.
Aku memang bukan cowok yang istimewa, special, atau apalah itu, aku bahkan tidak tahu kapan kita jadian ( atau memag kita tak pernah jadian ??? hmmm...).
Aku mulai dari awal kita kenal. Pertama aku kenal kau, tiada lain lewat sebuah catatan yang kau buat, darisana aku mulai ingin tahu lebih jauh tentangmu.
kesederhanaanmu, caramu bicara, caramu menilai sesuatu, dan bagaimana kau perlakukan aku membuatku berpikir betapa menariknya dirimu. Meski akhirnya ku tahu jika "dirimu sudah ada yang punya", namun tak membuatku mundur untuk mendapatkanmu. karena saat itu ku yakin jika aku mampu menjadi sosok yang lebih baik dari diri-Nya.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba ku ingin bertemu langsung denganmu, dengan selembar alamat yang kau beri akupun pergi untuk menemuimu langsung ke tempatmu,meski ku mendapati sedikit keslitan akhirnya ku berhasil menemuimu disana Conggeang 26 Februari 2010.
Pertama kali dalam hidupku aku "ketemuan" dengan perempuan yang baru ku kenal, dan aku merasa tak sia-sia aku menemuinya. Senyum yang kau lempar dan tatap mata yang kau berikan membuatku gugup tak tahu harus berbuat apa, namun ku pura-pura semuanya aman-aman saja, berharap kaupun merasakan apa yang kurasakan saat itu.
Masih ingatkah kau ketika kuantar kau pulang, ditengah perjalanan kau terima telephone jika pria yang akan aku "sakiti" hatinya telah menunggumu, saat itu jujur ku bisa rasakan kebingungan yang kau rasa, segala rasa yang bercampur jadi satu membentuk situasi sulit yang membelenggu, melemparkanku kedalam puing-puing luka lama akan kegagalan cinta yang pernah aku rasakan. Namun aku kembali ke berpura-puraanku tegar menghadapi kenyataan itu.
Di depan mataku ku saksikan dirimu kembali "kepelukannya" akupun pulang membawa keputus-asaan.
Namun pesan singkat yang kau beri saat itu kembali membuatku bangun untuk kembali memperjuangkan "cinta terlarang ini", aku tetap yakin bisa menjadi lebih baik dari-Nya.
Tepat di hari ulang tahunmu saat hujan turun membasahi jalanan aku putuskan untuk kembali menemuimu, dengan cokelat kecil di saku aku mencoba ungkapkan isi hatiku. akhirnya satu kisah baru tercipta, kini kau telah menjadi tujuanku, penyemagat hidupku, penyempurana kekuranganku.
Hari demi hari kita lalui bersama, aku selalu mencoba lakukan apa yang seharusnya aku lakukan sebagai seorang pecinta sang cinta. Hingga suatu ketika dimana aku mulai merasa kau berubah menjadi sosok bukan dirimu yang kukenal. Keegoisanku mengatakn jika aku telah "menikmati dosa ini atas nama cinta....",
Ku terpuruk dalam keadaan ini, ku mulai ragu akan ketulusan cintaku, ku mulai merasa aku gagal mempertahankan kesucian cinta yang kita telah kita nodai, ku....... ku merasa aku tak pantas untukmu, aku merasa kau terlalu baik untuk pria nakal sepertiku.
Maaf, aku memang sengaja menghindarimu, ku memang sengaja membuatmu jenuh akan kehadiranku, ku memng sengaja berusaha membiarkanmu melupakanku.
Namun saat hal itu terjadi, aku sadar jika aku telah kehilangan harapanku, aku kehilangan separuh hidupku, aku kembali mendapatkan keputus-asaanku, dan aku telah kehilangan AINAKU.
Kini kau tak lagi menginginkanku, (you don't want me anmore.."), bahkan kau telah pindah ke lain hati. aku harap dia memang lebih baik dariku, biarlah kisah ini aku jadikan pelajaran berharga dalam hidupku.
Disini aku kan selalu mendo'akanmu, disini ku kan merindukanmu, disini ku kan sesali kemalanganku, disini ku kan simpan semua kenangan indah saat-saat kita bersama. Hanya itu yang bisa kuberikan UNTUKMU AINAKU.