Didepan Sebuah Cermin
Saat aku bercermin..
ku lihat wajah yang penuh dengan kegelisahan
ku lihat sosok penuh keputus asa-an
ku tatap mata penuh iba, dan penuh kesedihanAku ingin buat dia tersenyum, aku ingin dia merasakan nikmatnya hidup, aku ingin dia tahu kalau aku benar-benar peduli padanya.
Tapi ku tak tahu caranya, aku bingung, aku tak kuat terus dibayangi ratap kesedihannya.
"PRAKK.." dengan kesal ku pecahkan saja cerminnya hingga retak, berharap tak lagi ku jumpai bayangan itu.
lalu Ibuku menghampiriku, dan bertanya, " ada apa nak? km nggak apa-apa kan?".
kupun menjawab, " nggak apa- apa bu, ku baik-baik saja kok". sambil pura- pura tersenyum.
" mmm... gt ya? teruslah kau berpura- pura tersenyum!" ( sunda;nyungkun). lalu diapun pergi kembali pada kesibukannya.
Entah mengapa ku teringat terus kalimat terakhir dari ibuku "teruslah berpura-pura!!!", seakan kata-katanya penuh arti didalamnya.
Kemudian ku kembali menatap cermin yang retak, kali ini ku pura-pura tersenyum. Oh, ku tak sadar, jika sosok dicermin itu balas tersenyum, senyuman itu buat ku merasa bangkit.
Seketika pikirkupun berucap " ternyata yang kubutuhkan hanyalah senyuman, aku tak mengira jika senyuman bisa merubah banyak hal. meski ku hanya pura-pura tersenym, tapi buatku cukup bisa menjadikan hari-hariku lebih berarti.
Didepan sebuah cermin retak ku berkata, "aku kan terus berpura-pura tersenyum." Entah sampai kapan ku tak tahu, yag jelas aku merindukan bisa tersenyum tanpa pura-pura. hingga saat itu tiba ku kan terus berpura-pura.
I'm still being a pretender...